Profil Desa Cepokosawit

Ketahui informasi secara rinci Desa Cepokosawit mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Cepokosawit

Tentang Kami

Profil Desa Cepokosawit, Sawit, Boyolali. Mengungkap perpaduan unik antara kehidupan agraris yang subur dengan warisan sejarah dan budaya dari kompleks Pemandian Pengging yang melegenda dan menjadi pusat aktivitas ekonomi desa.

  • Penjaga Warisan Sejarah

    Identitas desa sangat lekat dengan keberadaan kompleks Pemandian Tirto Marto Pengging, sebuah situs bersejarah peninggalan kerajaan Jawa yang menjadi pusat budaya dan pariwisata.

  • Ekonomi Ganda yang Dinamis

    Perekonomian desa ditopang oleh dua pilar kuat, yaitu sektor pertanian padi yang produktif dan ekonomi jasa pariwisata yang tumbuh subur di sekitar situs bersejarah.

  • Masyarakat Agraris-Kultural

    Kehidupan sosial warganya merupakan perpaduan unik antara nilai-nilai masyarakat agraris yang guyub dengan tradisi dan budaya Jawa yang terawat baik sebagai dampak dari warisan sejarah.

XM Broker

Desa Cepokosawit, yang berlokasi di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, merupakan sebuah wilayah yang istimewa di mana denyut kehidupan agraris berpadu erat dengan aura sejarah besar peradaban Jawa. Desa ini tidak hanya dikenal karena lahan pertaniannya yang subur, tetapi juga karena menjadi bagian tak terpisahkan dari kawasan bersejarah Pengging. Di sinilah berdiri megah Pemandian Tirto Marto Pengging, sebuah kompleks mata air peninggalan zaman kerajaan yang terus memancarkan pesonanya hingga kini. Perpaduan antara aktivitas pertanian yang menopang kehidupan sehari-hari dan geliat pariwisata sejarah menjadikan Cepokosawit sebagai desa dengan karakter yang unik dan lanskap sosial-ekonomi yang dinamis.

Geografi dan Lanskap Demografi

Secara letak dan administrasi, Desa Cepokosawit berada di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Posisinya strategis, mudah dijangkau dari berbagai kota penyangga seperti Surakarta dan Klaten, serta menjadi salah satu titik penting di jalur wisata sejarah Boyolali. Wilayahnya didominasi oleh dataran rendah yang subur, sangat ideal untuk kegiatan pertanian sawah.

Luas wilayah Desa Cepokosawit yaitu sekitar 181,2 hektare. Lahan ini terbagi menjadi area persawahan, permukiman padat penduduk, serta kawasan cagar budaya di sekitar Pemandian Pengging. Batas-batas wilayah Desa Cepokosawit secara administratif ialah sebagai berikut:

  • Berbatasan dengan Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono.

  • Berbatasan dengan Desa Ketaon, Kecamatan Banyudono.

  • Berbatasan dengan Desa Jenengan, Kecamatan Sawit.

  • Berbatasan dengan Desa Bendan, Kecamatan Banyudono.

Berdasarkan data kependudukan terakhir, Desa Cepokosawit dihuni oleh 4.530 jiwa, yang menghasilkan tingkat kepadatan penduduk sekitar 2.500 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini tergolong tinggi, terutama di area sekitar pusat keramaian Pengging. Komposisi mata pencaharian penduduknya sangat beragam, mencakup petani, pedagang, pelaku usaha jasa pariwisata, aparatur sipil negara dan karyawan swasta.

Warisan Sejarah dan Budaya Pengging

Daya tarik utama dan identitas Desa Cepokosawit tidak dapat dilepaskan dari Pemandian Tirto Marto Pengging. Kompleks pemandian ini merupakan situs bersejarah yang memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Pajang pada abad ke-16, khususnya dengan Sultan Hadiwijaya atau yang lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Konon, beberapa mata air di lokasi ini menjadi tempat sang Sultan bermeditasi dan membersihkan diri. Jejak sejarah tersebut berlanjut hingga era Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang menjadikan tempat ini sebagai lokasi peristirahatan dan pemandian bagi keluarga kerajaan.

Kompleks Pemandian Tirto Marto memiliki beberapa umbul atau mata air dengan nama dan fungsinya masing-masing, seperti Umbul Temanten, Umbul Ngabean, dan Umbul Sungsang. Airnya yang jernih dan segar bersumber langsung dari alam, menciptakan suasana yang tenang dan asri. Arsitektur bangunan di sekitarnya yang masih mempertahankan gaya klasik Jawa menambah nilai historis dan estetika kawasan ini.

Keberadaan situs bersejarah ini menjadikan Desa Cepokosawit sebagai pusat kegiatan budaya. Berbagai ritual tradisi Jawa, seperti upacara Padusan menjelang bulan Ramadan, masih rutin dilaksanakan di sini dan menarik partisipasi ribuan orang. Masyarakat Cepokosawit secara turun-temurun menjadi penjaga dan pelestari tradisi yang melekat pada kawasan Pengging, menjadikan budaya sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.

Ekonomi Desa: Sinergi Pertanian dan Jasa Pariwisata

Perekonomian Desa Cepokosawit berjalan di atas dua pilar utama yang saling melengkapi: pertanian dan pariwisata. Di satu sisi, sektor pertanian tetap menjadi fondasi yang kokoh. Hamparan sawah yang teririgasi dengan baik menghasilkan panen padi yang melimpah, memastikan ketahanan pangan dan menjadi sumber pendapatan stabil bagi para petani. Aktivitas di sawah, mulai dari menanam hingga memanen, merupakan pemandangan sehari-hari yang menunjukkan bahwa akar agraris desa ini masih sangat kuat.

Di sisi lain, sektor pariwisata yang berpusat di Pemandian Pengging telah menjadi mesin penggerak ekonomi yang sangat signifikan. Kehadiran wisatawan domestik, terutama pada akhir pekan dan hari libur, menciptakan efek domino ekonomi yang luas. Ratusan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh subur di sekitar kawasan wisata.

"Wisatawan yang datang ke Pemandian Pengging menjadi rezeki bagi kami. Warung-warung jadi ramai, terutama saat akhir pekan dan libur nasional. Warga bisa berjualan makanan, minuman, hingga oleh-oleh khas," ungkap seorang pemilik warung di sekitar area wisata. Peluang ekonomi ini mencakup pengelolaan area parkir, jasa penyewaan perlengkapan renang, hingga pemandu wisata lokal.

UMKM Kreatif dan Produk Unggulan Lokal

Sebagai respons terhadap geliat pariwisata, masyarakat Desa Cepokosawit mengembangkan berbagai produk UMKM yang khas dan kreatif. Sektor kuliner menjadi yang paling menonjol. Kawasan Pengging terkenal dengan beberapa hidangan legendarisnya, dan warga Cepokosawit turut menjadi pelaku utama dalam menyajikan kuliner tersebut. Bebek dan mentok goreng, sate kere, serta aneka jajanan pasar seperti jadah dan wajik menjadi buruan para wisatawan kuliner.

Selain kuliner, berkembang pula UMKM di bidang kerajinan dan oleh-oleh. Beberapa warga memproduksi suvenir bertema sejarah Pengging, pakaian, serta produk-produk lokal lainnya. Inovasi terus dilakukan untuk menciptakan produk yang memiliki daya saing dan mampu menjadi ciri khas Desa Cepokosawit, sehingga wisatawan tidak hanya datang untuk berenang, tetapi juga untuk berbelanja produk lokal. Pemerintah desa dan dinas terkait pun kerap memberikan dukungan berupa pelatihan manajemen usaha dan pemasaran bagi para pelaku UMKM.

Pemerintahan Desa dan Arah Pembangunan

Pemerintah Desa Cepokosawit, yang dipimpin oleh Kepala Desa Slamet, S.Sos., menghadapi tantangan unik dalam mengelola pemerintahan. Arah pembangunan desa harus mampu mengakomodasi dua kepentingan utama: menjaga keberlanjutan sektor pertanian dan mengoptimalkan potensi pariwisata secara berkelanjutan. Alokasi anggaran desa diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung kedua sektor tersebut, seperti perbaikan jalan usaha tani, drainase, serta penataan kawasan di sekitar objek wisata.

Kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Boyolali, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar), menjadi kunci dalam pengembangan kawasan Pengging. Pemerintah desa berperan aktif dalam menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban di area wisata, serta memastikan bahwa masyarakat lokal dilibatkan secara maksimal dalam pengelolaannya. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga diarahkan untuk dapat mengambil peran yang lebih strategis dalam mengelola unit-unit usaha yang berkaitan dengan pariwisata.

Kehidupan Sosial dan Tradisi Masyarakat

Masyarakat Desa Cepokosawit memiliki struktur sosial yang unik, dibentuk oleh perpaduan antara nilai-nilai agraris dan budaya keraton. Sifat gotong royong dan guyub khas masyarakat pedesaan masih sangat kental, terutama dalam kegiatan pertanian dan acara-acara komunal. Namun interaksi yang intens dengan pengunjung dari berbagai daerah menjadikan mereka komunitas yang terbuka dan ramah.

Pelestarian seni dan tradisi menjadi bagian penting dari kehidupan sosial. Kelompok-kelompok seni lokal, seperti karawitan dan tarian Jawa, masih aktif dan sering tampil dalam acara-acara budaya. Generasi muda melalui Karang Taruna juga didorong untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka, memastikan bahwa nilai-nilai sejarah Pengging tidak akan lekang oleh waktu.

Penutup

Desa Cepokosawit adalah sebuah contoh nyata bagaimana warisan sejarah mampu menjadi sumber kehidupan dan inspirasi bagi sebuah komunitas. Desa ini berhasil membuktikan bahwa sektor pertanian dan pariwisata budaya dapat berjalan beriringan, saling memperkuat, dan menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang tangguh. Ke depan, tantangan utamanya yaitu melakukan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, yang tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi sesaat tetapi juga memastikan kelestarian situs sejarah dan kenyamanan bagi masyarakat lokal. Dengan modal sosial dan budaya yang begitu kaya, Desa Cepokosawit memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi desa wisata sejarah terkemuka di Indonesia.